Cinta Antara Pria dan Wanita Dalam Islam

Cinta Antara Pria dan Wanita Dalam Islam
(oleh: Denny Muhardjo)



1. Pendahuluan

Seperti yang telah kita semua ketahui bahwa manusia dan kehidupan manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta kasih. Banyak penyair, pencipta lagu, ahli-ahli filsafat, dan ahli-ahli agama yang mencoba mendefinisikan apa arti sebenarnya dari cinta kasih. Tetapi kami tidak akan membahas semuanya, kami hanya akan membahas cinta kasih sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama dalam kaitannya pada cinta kasih antara laki-laki dan perempuan.

Banyak orang yang berkata: “Aku cinta padamu”, anak tetapi, sebenarnya.... mereka hanya berkata bahwa aku cinta wajahmu yang cantik jelita, aku cinta uangmu, fasilitasmu, dan yang sejenisnya. Apakah ini cinta?

Kita sering mendengar atau menyaksikan di kehidupan nyata, di televisi, atau di film-film bahwa seseorang jatuh cinta setelah melihat kecantikan atau ketampanan orang lain. Apakah benar ada hubungan antara cinta dan keindahan?

Banyak orang yang mengatakan bahwa cerita percintaan antara Romeo dan Juliet adalah salah satu contoh dari cinta sejati, benarkah demikian?

Kita melihat atau mendengar banyak perempuan yang hamil di luar nikah dan bahkan pada usia yang masih bisa dibilang sangat muda. Mereka telah melakukan hubungan suami istri di luar nikah dan mereka bilang bahwa mereka melakukannya demi cinta. Apakah benar yang mereka katakan itu adalah cinta?

Kita juga melihat atau mendengar semakin banyaknya hubungan seks bebas yang terjadi pada muda-mudi bangsa ini. Sebagian dari dari mereka menyatakan bahwa mereka melakukannya demi cinta, apakah benar pernyataan mereka itu?

Bagaimanakah pandangan Islam terhadap cinta? Benarkah dalam ajaran agama Islam bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah ungkapan cinta terhadap sang pencipta? Benarkah hubungan muda-mudi masa kini telah jauh menyimpang dari ajaran Islam?



2. Cinta dalam ajaran Islam

Cinta secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali. Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan ridhai Allah.

Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman, seperti hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang.

Katakanlah: "Jika bapa-bapa (pembesar dan nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan (azab)-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah, 9:24)

2.1. Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablum min Allah)

Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistem ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan hidupnya akan baik. Dengan kata lain bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung kepada hubungan baiknya terhadap Allah.

Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik (pencipta)-nya, dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintah-Nya dilaksanakan dan apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa lepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.

2.2. Cinta Terhadap Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus tetap terpelihara keasriannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang tidak bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.

Islam mengajarkan umatnya mengasihi semua binatang dan melarang umatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah juga makhluk ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan tentu saja tidak boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai salah satu sumber makanan, kita juga harus menghormati mereka dengan berdoa, dengan tidak membunuh mereka lebih dari yang kita makan.

Islam dalam ajarannya mengatakan bahwa manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan seluruh bagian alam itu; dan karena individu-indvidu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara selaras bekerja sama dengan seluruh alam semesta ini, maka tidak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.

2.3. Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablum min annas)

Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari rasa cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan yang namanya akhlak.

Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan bahwa kemanusiaan itu merupakan satu kesatuan; berbeda-beda bagian-bagiannya untuk membentuk satu masyarakat; berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling lengkap-melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling lengkap-melengkapi dengan alam untuk membentuk wujud yang satu pula. Ini terwujud dalam salah satu ayat dalam Al-Quran yaitu:

“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS.Al-hujuraat 13)

Pada prinsipnya cinta terhadap sesama manusia adalah dengan tolong-menolong, kenal mengenal dan keserasian. Menurut pandangan Islam rasa cinta terhadap sesama manusia bisa diwujudkan salah satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di antara manusia.

3. Cinta Antara Laki-Laki dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam

Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya, dan disertai akhlak yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik dikarenakan hubungan cinta muda-mudi sangat dekat dengan zina, tanpa akhlak yang baik akan sangat sulit menghindari zina. Dalam Islam, perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat besar karena bukan hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi juga orang lain. Allah mengatakan dalam Al Quran:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra, 17:32)

Cinta bukannya tanpa sebab, karena itu cinta tidak buta. Cinta itu melek (melihat), ada sebab dan akibatnya. Oleh karena itu, jika ingin memiliki cinta yang murni, tulus dan abadi dari seseorang tentu kita memerlukan penyebab yang membuatnya demikian. Jika kita mencintai seseorang karena hal-hal yang duniawi, karena harta, tahta, ketampanan/kecantikan dan yang sejenisnya, cinta macam ini hanya bisa bertahan jika penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai dikarenakan ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimana jika orang tersebut tidak lagi tampan/cantik lagi?

Dalam suatu hadis dikatakan bahwa seorang laki-laki menikahi seorang perempuan karena empat hal, yaitu: (1) karena kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena keturunannya, dan (4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu karena ketaqwaannya, karena itu akan menjamin hidupnya.

Jika hadis di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin mencari cinta yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan keimanannya.

Ada sebuah pepatah lama Inggris yang berkaitan dengan cinta, yaitu:

“You can buy sex, but you can not buy love”, “You can buy food, but you cannot buy appetite”, dan “You can buy a house, but you can not buy a home”.

Yang artinya: anda dapat membeli sex, tetapi anda tidak dapat membeli cinta. Anda dapat membeli makanan, tetapi anda tidak dapat membeli selera. Anda dapat membeli sebuah rumah, tetapi anda tidak dapat membeli ketentraman dalam keluarga. Ini dapat diartikan bahwa cinta tidak dapat dibeli karena cinta sebenarnya datang dari Tuhan.

Bahkan jika kamu adalah orang terkaya di dunia, kamu tidak bisa membeli cinta. Sebagai contoh, jika kamu memberikan seseorang banyak hadiah-hadiah yang mahal, maka, apakah orang tersebut akan mencintai kamu? Tidak. Orang tersebut hanya mencintai hadiahmu dan kekayaanmu saja.

Kamu dapat membeli makanan apa saja yang bisa kamu beli, akan tetapi, makanan yang paling enak sekalipun akan terasa tidak enak jika kamu tidak punya selera makan.

“Rumah” adalah tempat dimana hatimu berada; tempat membesarkan keluargamu; tempat dimana orang-orang yang kamu cintai berada; tempat dimana kamu bisa benar-benar beristirahat, untuk mengistirahatkan badan dan jiwamu; tempat dimana kamu untuk sementara lepas dari dunia yang kejam. Rumah tidak bisa disebut “rumah” jika kamu tidak bisa menemukan ketenangan, kedamaian, dan keamanan di dalamnya.

Banyak orang yang mengatakan bahwa cerita percintaan antara Romeo dan Juliet adalah salah satu contoh cinta sejati. Akan tetapi, kalau kita meneliti dan menganalisis lebih jauh ke dalam cerita ini, maka kita akan melihat bahwa cerita ini bukanlah cerita tentang cinta sejati.

Pada klimaks cerita itu diceritakan bahwa ketika Romeo mendengar Juliet telah “meninggal dunia”, maka Romeo pun berniat untuk melakukan bunuh diri karena dia tidak mau ditinggalkan oleh Juliet. Ketika setelah Romeo melakukan bunuh diri di hadapan “mayat” Juliet barulah dia menyadari bahwa Juliet hanya berpura-pura mati, tetapi itu sudah terlambat, racun sudah mulai membunuhnya. Juliet pun melakukan bunuh diri karena dia tidak mau ditinggalkan oleh Romeo.

Romeo dan Juliet sama-sama melakukan bunuh diri karena tidak mau ditinggalkan oleh pasangannya. Ini berarti bahwa mereka hanya mencintai tubuh pasangannya saja, mereka tidak mencintai jiwa pasangannya. Mereka tidak sadar bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja, tubuh mereka akan “rusak” dimakan usia, dan akhirnya mati. Jika dipandang dari sudut Islam, maka mereka telah melakukan suatu dosa besar yaitu melakukan bunuh diri. Jika percintaan mereka adalah cinta sejati, maka seharusnya mereka berjanji atau bersumpah di hadapan mayat pasangannya untuk berusaha mendamaikan pertengkaran keluarga mereka, penyebab terhalangnya cinta kasih mereka.

Banyak orang yang terjebak antara arti cinta dan nafsu. Mereka, terutama muda-mudi tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu. Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual berarti mereka telah mencintai seseorang. Nafsu dalam hal ini nafsu syahwat adalah suatu kebutuhan biologis yang dipunyai setiap manusia. Semua jenis nafsu adalah sesuatu hal yang bersifat duniawi sedangkan cinta adalah sesuatu yang datang dari hati nurani yang paling dalam.

4. Kesimpulan

Cinta sejati adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhai Allah. Cinta juga merupakan suatu identitas dan asas iman, karena kita mencintai sesuatu atau seseorang karena Allah mencintainya.

Dalam ajaran Islam cinta antara laki-laki dan perempuan adalah bersatunya dua jiwa yang disertai akhlak yang baik, ketaqwaan, dan keimanan terhadap Allah SWT dengan tujuan akhir untuk melakukan pernikahan yang diridhai Allah SWT.

Cinta sejati bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat duniawi semata, cinta sejati berasal dari hati nurani dan cinta sejati haruslah tulus dan ikhlas. Cinta yang berasal dari hati nurani akan selalu ada walaupun salah satu pihak tidak cantik lagi, tidak tampan lagi, tidak seksi lagi dan tidak kaya lagi.

Dalam hubungan seks bebas atau pergaulan bebas, para pelakunya sama sekali tidak menghargai cinta. Mereka secara sadar atau tidak sadar menganggap bahwa cinta adalah suatu hal yang sia-sia. Karena yang mereka cari hanyalah kepuasan sesaat saja dan mereka tidak perduli dengan akibat-akibat dan dosa-dosa yang akan timbul karena perbuatan mereka itu. Hubungan seks hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang terikat tali pernikahan. Karena salah satu tujuan dari pernikahan adalah sebagai penyaluran nafsu syahwat.

Dari semua ini, saya bisa menyimpulkan bahwa cinta antara laki-laki dan perempuan dalam Islam adalah suatu hubungan yang didasarkan oleh rasa kasih sayang yang timbul dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, dan bukan berdasarkan pada hal-hal yang bersifat duniawi. Yang terpenting dalam membina hubungan ini adalah dengan menggunakan akhlak yang baik, ketaqwaan, dan rasa keimanan terhadap Allah SWT.

5. Daftar Pustaka

1. Drs. H. E. Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi , Jakarta: ISTN, 1998.
2. Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam , diterjemahkan oleh Afif Mohammad, Bandung: PUSTAKA – Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1984.
3. Murtadha Muthahhari, Falsafah Akhlak, Kritik atas Konsep Moralitas Barat , diterjemahkan oleh Faruq    bin Dhiya’, Bandung: PUSTAKA HIDAYAH, 1995.
4. Prof. Dr. Zainuddin S. Nainggolan, M.A., Inilah Islam, Falsafah Dan Hikmah Ke Esaan Allah, Jakarta: Kalam Mulia, 2007.

Komentar